80 year Journey
Suwa, awal dari semuanya.
Bab 1

Pelajaran dari Alam.

Semua orang memiliki kota asalnya masing-masing.
Begitu pun dengan kami.
Suwa di tengah-tengah Jepang.
Kisah kami berawal di sebuah gudang miso yang tua
dari visi Hisao Yamazaki dan sembilan karyawannya.
Kami bertumbuh di sini, dikelilingi oleh Danau Suwa
dan dataran tinggi Pegunungan Yatsugatake.
Hingga saat ini, kami terinspirasi oleh negeri ini.

Suwa telah mengajarkan banyak hal pada kami.
Cara untuk hidup berdampingan dengan alam,
yang kami wariskan ke generasi selanjutnya.
Para penduduk tinggal dan hidup dengan makmur
di lingkungan yang ekstrem ini,
mengamati keretakan es Omiwatari
di permukaan Danau Suwa yang licin.
Di sini, musim dinginnya menembus segalanya,
kondisi ekstrem yang dipahami nenek moyang kami.
Namun, alih-alih pergi, mereka mendiami negeri ini,
menghormati bumi, alam, dan Suwa,
serta hidup berdampingan dengan danau dan pegunungan.

Cara hidup ini sangat alami pada saat itu maupun saat ini.
Inilah semangat dari keterampilan kami dan inspirasi untuk kualitas kami.

Semua orang memiliki kota asalnya masing-masing.
Begitu pun dengan kami.
Suwa di tengah-tengah Jepang.
Kisah kami berawal di sebuah gudang miso yang tua
dari visi Hisao Yamazaki dan sembilan karyawannya.
Kami bertumbuh di sini, dikelilingi oleh Danau Suwa
dan dataran tinggi Pegunungan Yatsugatake.
Hingga saat ini, kami terinspirasi oleh negeri ini.

Suwa telah mengajarkan banyak hal pada kami.
Cara untuk hidup berdampingan dengan alam,
yang kami wariskan ke generasi selanjutnya.
Para penduduk tinggal dan hidup dengan makmur
di lingkungan yang ekstrem ini,
mengamati keretakan es Omiwatari
di permukaan Danau Suwa yang licin.
Di sini, musim dinginnya menembus segalanya,
kondisi ekstrem yang dipahami nenek moyang kami.
Namun, alih-alih pergi, mereka mendiami negeri ini,
menghormati bumi, alam, dan Suwa,
serta hidup berdampingan dengan danau dan pegunungan.

Cara hidup ini sangat alami pada saat itu maupun saat ini.
Inilah semangat dari keterampilan kami dan inspirasi untuk kualitas kami.

Artikel

Awal mula:
Tepi Danau Suwa,
Prefektur Nagano.
Produk yang
Berdampingan dengan Alam

Delapan dekade yang lalu, Epson
mengawali
perjalanannya dengan merakit
komponen jam tangan.

Prefektur Nagano di Jepang merupakan rumah bagi banyak tanaman yang subur, puncak pegunungan Alpen Jepang yang agung, dan kehidupan liar yang beragam. Di Daiwa Kogyo, perintis Epson meluncurkan bisnisnya pada tanggal 18 Mei 1942 dari tepi danau terbesar di Nagano, Danau Suwa.

Para penduduk wilayah ini sudah lama menghormati lingkungan alam di sekitar danau, serta hidup di desa dan pegunungan dengan memanfaatkan karunia yang diberikan oleh alam. Danau Suwa mencerminkan indahnya sekaligus kejamnya alam sebagai alam yang belum terjamah. Lingkungan yang telah lama memberikan kehidupan bagi penduduk Suwa. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu di era Jomon, para penduduk Suwa memancing di perairan ini dan menggali esnya untuk diangkut melalui danau. Selama bertahun-tahun, Danau Suwa telah menjadi pusat keberlangsungan hidup sehari-hari.

Musim dingin yang hebat mempersulit pertanian sehingga para penduduk Suwa berburu dan mencari makanan di hutan untuk bertahan hidup dan belajar untuk hidup bersama alam. Hubungan erat yang masih terjalin hingga saat ini. Para penduduk Suwa adalah perintis yang menghormati lingkungan.

Saat ini, Epson mempekerjakan sekitar 77.000 orang di seluruh dunia, dan penjualan globalnya melampaui satu triliun yen. Namun, Epson mengawali perjalanannya di sebuah gudang miso tua yang direnovasi, dari merakit komponen jam tangan.

Eight decades ago, Epson embarked on its journey, assembling watch components.

The clean water and fresh air was a
yang sempurna
untuk menghasilkan instrumen
yang presisi.

Namun, wilayah ini tidak pernah kaya, dan Hisao Yamazaki, pendiri Epson, melihat potensi di tempat yang pernah menjadi saksi kesuksesan industri sutra mentah ini. Dia membayangkan sebuah industri yang akan mengembalikan kehidupan di wilayah ini dan kehidupan para penduduk setempat. Yamazaki kembali ke sana untuk mengambil alih bisnis keluarga.

Bersama dengan wali kota Suwa dan beberapa pemimpin bisnis terkemuka lainnya, Yamazaki menggandeng Shoji Hattori, direktur pengelola Daini Seikosha (sekarang Seiko Instruments) dengan tujuan mengembangkan instrumen yang lebih presisi.

Mereka meyakini bahwa iklim Suwa mirip seperti Swiss, dengan tingkat kelembapan musim panas yang rendah sehingga sangat cocok untuk industri yang presisi. Mereka meyakini bahwa Suwa adalah Swissnya negara Timur dan memulai operasi perakitan jam. Saat itu, perusahaan hanya memiliki sembilan karyawan.

The clean water and fresh air was a perfect place to produce precision instruments.

Visi Hisao Yamazaki masih hidup
hingga saat ini.

Semangat Yamazaki untuk menciptakan industri jam tangan Jepang mendorongnya untuk mengumpulkan berbagai komponen pada akhir tahun 1940-an. Jika komponen tertentu tidak tersedia, beliau akan membuatnya. Pada tanggal 21 Januari 1946, beliau memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan untuk merakit empat arloji, dan semuanya selesai dirakit keesokan harinya setelah dikerjakan semalaman.

Hanya dua dari empat jam tangan yang berfungsi. Namun, inilah awal dari semangat eksperimen yang masih hidup dalam Epson hingga saat ini.

Yamazaki menunjukkan tekad yang kuat dengan berkata, “Saya akan mencurahkan hati dan pikiran saya ke dalam ini. Kita semua harus bekerja sama untuk memastikan bisnis ini berakar di sini.”

Kata-kata yang emosional ini masih menginspirasi Epson hingga saat ini. Shoji Hattori, yang sejak saat itu menjadi ketua, mendeskripsikan Yamazaki sebagai sosok yang penuh integritas dan usaha. Sikap Yamazaki senantiasa tertanam dalam budaya perusahaan Epson.

Hisao Yamazaki's vision is still alive today.
Eight decades ago, Epson embarked on its journey, assembling watch components.
The clean water and fresh air was a perfect place to produce precision instruments.
Hisao Yamazaki's vision is still alive today.
01/03

Tonggak Sejarah Produk